Minggu, 11 September 2016

Kehidupan Manusia Pada Zaman Modern Yang Masih Mempercayai Aliran Animisme ( Primitif )



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Primitif yaitu keadaan yang sangat sederhana; belum maju. Istilah primitif atau kebudayaan yang sangat sederhana atau belum maju dicirikan pada manusia atau sekelompok orang yang hidup pada waktu lampau, oleh karena itu primitif tidak dilihat sebagai sesuatu yang ada dan hidup pada masa lampau, tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada saat sekarang masyarakat modern. Berdasarkan indikasi tertentu yang menunjukkan adanya karakteristik sebagai manusia primitif, bisa dilihat dari perilaku, pandangan, ataupun tradisi yang masih primitif sebagai contoh pada umumnya orang primitif tidak bisa menciptakan elektronik yang serba canggih, sehingga menganggap itu sebuah benda yang sangat keramat. Selain itu, orang desa masih banyak yang bersifat primitif dibanding orang kota, baik dari segi pendidikan maupun kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap keramat.

Sebelum kita menelisik lebih lanjut terkait tentang pemikiran masyarakat modern yang masih menganut aliran atau sistem primitif, alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu mengetahui makna-makna kata terkait tentang aliran primitif tersebut, diantaranya adalah Kepercayaan pada roh nenek moyang, Animisme, dan Dinamisme.

Kepercayaan pada roh nenek moyang
Kepercayaan pada roh nenek moyang adalah bentuk kepercayaan masyarakat Indonesia tertua. Kepercayaan ini diduga mulai muncul ketika masyarakat Indonesia masih mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan serta meramu makanan. Pada masa berburu dan meramu makanan masyarakat Indonesia hidup secara nomaden di gua-gua atau di tempat-tempat yang memberikan keamanan dari serangan binatang buas atau gejala-gejala alam seperti gunung meletus ataupun hujan. Kepercayaan pada roh nenek moyang diawali ketika manusia mulai menemukan perbedaan-perbedaan antara benda hidup dan benda mati. Benda hidup dapat bergerak karena digerakkan oleh jiwa, sedangkan benda mati tidak bergerak karena tidak memiliki jiwa atau roh. Kepercayaan akan adanya jiwa ini juga diduga berasal dari fenomena mimpi ketika manusia tertidur. Ketika bermimpi manusia melihat dirinya berada di tempat lain sedangkan tubuh jasmaninya tetap berada di tempat tidur. Bagian yang berada di tempat lain itulah jiwa. Kepercayaan ini kemudian berkembang menjadi kepercayaan bahwa jiwa dapat terus hidup tanpa adanya jasmani. Saat manusia meninggal barulah dipercaya bahwa jiwa telah benar-benar lepas dari jasmaninya. Jiwa yang telah benar-benar lepas dari jasmaninya dapat berbuat sekehendaknya. Alam semesta dipenuhi oleh jiwa-jiwa iu, dan jiwa-jiwa tersebut disebut roh.

Animisme
Animisme adalah kelanjutan perubahan secara perlahan (evolusi) dari kepercayaan kepada roh nenek moyang. Kepercayaan ini berasal dari perkembangan berfikir manusia purba dalam memahami sebab-musabab gejala-gejala alam yang terjadi di sekitarnya seiring dengan perkembangan daya berfikir manusia purba dalam memikirkan asal usul gejala-gejala alam seperti hujan, panas, gunung meletus, gempa bumi, tumbuh-tumbuhan, angin dan lain sebagainya. Ketika dihadapkan dengan fenomena alam yang terjadi seperti api yang membakar, air sungai yang mengalir, bencana gunung meletus manusia memerlukan pemecahan masalah alam tersebut dengan mencari sebab-sebab fenomena alam tersebut. Akhirnya, dikarenakan perkembangan berfikir yang belum berkembang dengan baik maka kemudian manusia urba menganggap bahwa penyebab fenomena-fenomena alam tersebut adalah roh. Roh yang dianggap mengatur fenomena-fenomena alam dan juga semesta karena bentuknya yang tidak kasat mata atau tidak dapat ditangkap oleh panca indra dapat berbuat apa saja yang tidak dapat dilakukan manusia. Agar manusia purba dapat terus beraktivitas dengan penuh ketenangan, kelancaran dan sesuai harapan maka roh-roh tersebut perlu dihormati atau disembah. Penghormatan dan penyembahan manusia purba atas roh-roh pengatur alam semesta tersebut dilakukan dengan melakukan pembacaan doa-doa, pemberian sesaji, ataupun korban.

Dinamisme
Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan.dinamisme adalah paham atau kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan ( seperti tombak dan keris ) mempunyai kekuatan ghaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai sifat yang luar biasa ( karena kebaikan atau keburukunnya ) sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya. Bagi manusia yang memiliki suatu benda yang diyakini berkekuatan ghaib dan dianggap suci ini akan dapat dianggap memiliki keunggulan ataupun keburukan tertentu. Dengan demikian, dinamisme dapat dikatakan lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia yang kemudian membutuhkan objek lainnya untuk menguatkannya. Benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan ghaib  dan dianggap suci ini disebut Fetisyen yang berarti benda sihir. Benda-benda yang dianggap suci ini, misalnya pusaka, lambang kerajaan, tombak, keris, gamelan, cincin, kalung, dan lain sebagainya akan membawa pengaruh baik bagi masyarakat. Misalnya suburnya tanah, hilangnya wabah penyakit, menolak malapetaka, dan sebagainya. Antara fetisyen dan jimat tidak terdapat perbedaan yang tegas. Keduanya dapat berpengaruh baik dan buruk tergantung kepada siapa pengaruh itu hendak ditujukan.

Setelah mengetahui beberapa pengertian terkait dengan aliran primitif diatas, sekarang kita teliti masalah ataupun kebiasaan masyarakat modern yang masih menggunakan suatu aliran primitif. Contohnya, ini terjadi di daerah Pulau Jawa, tepatnya di  Kabupaten Blitar. Disini terdapat kepercayaan bahwa ada sebuah pohon keramat atau yang biasa disebut dengan Danyangan yang konon ceritanya termasuk pohon yang memiliki tulah yang didalamnya ada makhluk halus atau roh para leluhur yang menaungi suatu pohon tersebut. Danyangan tersebut biasanya dianggap berasal dari tokoh penting atau orang yang dituakan di desa itu semasa hidupnya ( sesepuh ), misalnya orang yang babad alas pertama di sebuah desa, tokoh adat, dan sebagainya. Menurut sesepuh di desa tersebut, biasanya ketika dalam acara hajatan, selamatan, maupun acara-acara tradisional masyarakat setempat, nama dari Danyangan tersebut selalu disebut. Misalnya, dengan berkirim doa ke Mbah Danyang sebelum acara dimulai. Ada juga masyarakat jawa yang menghormati mbah danyang dengan cara mengadakan suatu perayaan. Selain itu, para spiritualis, paranormal, dukun dan sebagainya, pasti akan menyebut nama mbah danyang dengan ritual memasang sesaji yang bertujuan untuk meminta ijin kepada mbah danyang sebelum mereka mengadakan acara sakral. Ada pada waktu itu, ketika akan dilakukan acara sakral, sesepuh desa tersebut lupa untuk melengkapi salah satu sesajen untuk ditujukan kepada mbah danyang akhirnya proses dari acara tersebut tidak berjalan dengan lancar selalu mempunyai kendala, diantaranya hujan angin yang terus menerus, berbagai wabah penyakit yang datang terus menerus, serta tulah-tulah lainnya yang datang silih berganti. Salah satu cara untuk menghentikan tulah tersebut adalah, sesepuh desa tersebut melakukan ritual yang intinya meminta maaf pada mbah danyang tersebut dikarenakan kelalaiannya dalam pemenuhan sesajen dan supaya berbagai tulah bisa segera berhenti, agar masyarakat di sekitar tersebut bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah dilakukan pemberian sesajen ulang tersebut, selang beberapa hari  warga setempat sembuh seperti sedia kala, ini sungguh diluar nalar akal sehat manusia. Tetapi hal tersebut boleh dipercayai boleh juga tidak, dikarenakan sugesti yang melekat pada suatu desa tersebut sudah sangat kental, seakan-akan jika tidak melakukan hal yang sudah semestinya wajib dilakukan akan berdampak pada suatu kesialan.

Itulah yang menjadikan Negara Indonesia adalah negara yang sangat unik dikarenakan kepercayaan akan hal ghaib dan mistis yang masih melekat pada pola pikir masyarakatnya, meskipun zaman sudah beralih pada masa modern saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar