Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Primitif yaitu keadaan yang sangat sederhana;
belum maju. Istilah primitif atau kebudayaan yang sangat sederhana atau belum
maju dicirikan pada manusia atau sekelompok orang yang hidup pada waktu lampau,
oleh karena itu primitif tidak dilihat sebagai sesuatu yang ada dan hidup pada
masa lampau, tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada saat sekarang
masyarakat modern. Berdasarkan indikasi tertentu yang menunjukkan adanya
karakteristik sebagai manusia primitif, bisa dilihat dari perilaku, pandangan,
ataupun tradisi yang masih primitif sebagai contoh pada umumnya orang primitif
tidak bisa menciptakan elektronik yang serba canggih, sehingga menganggap itu
sebuah benda yang sangat keramat. Selain itu, orang desa masih banyak yang
bersifat primitif dibanding orang kota, baik dari segi pendidikan maupun kepercayaan
terhadap benda-benda yang dianggap keramat.
Sebelum
kita menelisik lebih lanjut terkait tentang pemikiran masyarakat modern yang
masih menganut aliran atau sistem primitif, alangkah baiknya jika kita terlebih
dahulu mengetahui makna-makna kata terkait tentang aliran primitif tersebut,
diantaranya adalah Kepercayaan pada roh nenek moyang, Animisme, dan Dinamisme.
Kepercayaan pada roh
nenek moyang
Kepercayaan
pada roh nenek moyang adalah bentuk kepercayaan masyarakat Indonesia tertua.
Kepercayaan ini diduga mulai muncul ketika masyarakat Indonesia masih
mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan serta meramu makanan. Pada masa
berburu dan meramu makanan masyarakat Indonesia hidup secara nomaden di gua-gua
atau di tempat-tempat yang memberikan keamanan dari serangan binatang buas atau
gejala-gejala alam seperti gunung meletus ataupun hujan. Kepercayaan pada roh
nenek moyang diawali ketika manusia mulai menemukan perbedaan-perbedaan antara
benda hidup dan benda mati. Benda hidup dapat bergerak karena digerakkan oleh
jiwa, sedangkan benda mati tidak bergerak karena tidak memiliki jiwa atau roh.
Kepercayaan akan adanya jiwa ini juga diduga berasal dari fenomena mimpi ketika
manusia tertidur. Ketika bermimpi manusia melihat dirinya berada di tempat lain
sedangkan tubuh jasmaninya tetap berada di tempat tidur. Bagian yang berada di
tempat lain itulah jiwa. Kepercayaan ini kemudian berkembang menjadi
kepercayaan bahwa jiwa dapat terus hidup tanpa adanya jasmani. Saat manusia
meninggal barulah dipercaya bahwa jiwa telah benar-benar lepas dari jasmaninya.
Jiwa yang telah benar-benar lepas dari jasmaninya dapat berbuat sekehendaknya.
Alam semesta dipenuhi oleh jiwa-jiwa iu, dan jiwa-jiwa tersebut disebut roh.
Animisme
Animisme
adalah kelanjutan perubahan secara perlahan (evolusi) dari kepercayaan kepada
roh nenek moyang. Kepercayaan ini berasal dari perkembangan berfikir manusia
purba dalam memahami sebab-musabab gejala-gejala alam yang terjadi di
sekitarnya seiring dengan perkembangan daya berfikir manusia purba dalam
memikirkan asal usul gejala-gejala alam seperti hujan, panas, gunung meletus,
gempa bumi, tumbuh-tumbuhan, angin dan lain sebagainya. Ketika dihadapkan dengan
fenomena alam yang terjadi seperti api yang membakar, air sungai yang mengalir,
bencana gunung meletus manusia memerlukan pemecahan masalah alam tersebut
dengan mencari sebab-sebab fenomena alam tersebut. Akhirnya, dikarenakan
perkembangan berfikir yang belum berkembang dengan baik maka kemudian manusia
urba menganggap bahwa penyebab fenomena-fenomena alam tersebut adalah roh. Roh
yang dianggap mengatur fenomena-fenomena alam dan juga semesta karena bentuknya
yang tidak kasat mata atau tidak dapat ditangkap oleh panca indra dapat berbuat
apa saja yang tidak dapat dilakukan manusia. Agar manusia purba dapat terus
beraktivitas dengan penuh ketenangan, kelancaran dan sesuai harapan maka
roh-roh tersebut perlu dihormati atau disembah. Penghormatan dan penyembahan
manusia purba atas roh-roh pengatur alam semesta tersebut dilakukan dengan
melakukan pembacaan doa-doa, pemberian sesaji, ataupun korban.
Dinamisme
Istilah
dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan.dinamisme adalah paham atau
kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan
juga benda-benda ciptaan ( seperti tombak dan keris ) mempunyai kekuatan ghaib
dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai sifat yang luar biasa (
karena kebaikan atau keburukunnya ) sehingga dapat memancarkan pengaruh baik
atau buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya. Bagi manusia yang memiliki
suatu benda yang diyakini berkekuatan ghaib dan dianggap suci ini akan dapat
dianggap memiliki keunggulan ataupun keburukan tertentu. Dengan demikian,
dinamisme dapat dikatakan lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia yang
kemudian membutuhkan objek lainnya untuk menguatkannya. Benda-benda yang
dianggap memiliki kekuatan ghaib dan
dianggap suci ini disebut Fetisyen yang
berarti benda sihir. Benda-benda yang dianggap suci ini, misalnya pusaka,
lambang kerajaan, tombak, keris, gamelan, cincin, kalung, dan lain sebagainya
akan membawa pengaruh baik bagi masyarakat. Misalnya suburnya tanah, hilangnya
wabah penyakit, menolak malapetaka, dan sebagainya. Antara fetisyen dan jimat tidak terdapat perbedaan yang tegas. Keduanya
dapat berpengaruh baik dan buruk tergantung kepada siapa pengaruh itu hendak
ditujukan.
Setelah
mengetahui beberapa pengertian terkait dengan aliran primitif diatas, sekarang
kita teliti masalah ataupun kebiasaan masyarakat modern yang masih menggunakan
suatu aliran primitif. Contohnya, ini terjadi di daerah Pulau Jawa, tepatnya di
Kabupaten Blitar. Disini terdapat
kepercayaan bahwa ada sebuah pohon keramat atau yang biasa disebut dengan Danyangan yang konon ceritanya termasuk
pohon yang memiliki tulah yang didalamnya ada makhluk halus atau roh para
leluhur yang menaungi suatu pohon tersebut. Danyangan
tersebut biasanya dianggap berasal dari tokoh penting atau orang yang
dituakan di desa itu semasa hidupnya ( sesepuh ), misalnya orang yang babad
alas pertama di sebuah desa, tokoh adat, dan sebagainya. Menurut sesepuh di
desa tersebut, biasanya ketika dalam acara hajatan, selamatan, maupun
acara-acara tradisional masyarakat setempat, nama dari Danyangan tersebut selalu disebut. Misalnya, dengan berkirim doa ke
Mbah Danyang sebelum acara dimulai.
Ada juga masyarakat jawa yang menghormati mbah danyang dengan cara mengadakan
suatu perayaan. Selain itu, para spiritualis, paranormal, dukun dan sebagainya,
pasti akan menyebut nama mbah danyang dengan ritual memasang sesaji yang
bertujuan untuk meminta ijin kepada mbah danyang sebelum mereka mengadakan
acara sakral. Ada pada waktu itu, ketika akan dilakukan acara sakral, sesepuh
desa tersebut lupa untuk melengkapi salah satu sesajen untuk ditujukan kepada
mbah danyang akhirnya proses dari acara tersebut tidak berjalan dengan lancar
selalu mempunyai kendala, diantaranya hujan angin yang terus menerus, berbagai
wabah penyakit yang datang terus menerus, serta tulah-tulah lainnya yang datang
silih berganti. Salah satu cara untuk menghentikan tulah tersebut adalah,
sesepuh desa tersebut melakukan ritual yang intinya meminta maaf pada mbah
danyang tersebut dikarenakan kelalaiannya dalam pemenuhan sesajen dan supaya
berbagai tulah bisa segera berhenti, agar masyarakat di sekitar tersebut bisa
melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah dilakukan pemberian sesajen ulang
tersebut, selang beberapa hari warga
setempat sembuh seperti sedia kala, ini sungguh diluar nalar akal sehat
manusia. Tetapi hal tersebut boleh dipercayai boleh juga tidak, dikarenakan
sugesti yang melekat pada suatu desa tersebut sudah sangat kental, seakan-akan
jika tidak melakukan hal yang sudah semestinya wajib dilakukan akan berdampak
pada suatu kesialan.
Itulah
yang menjadikan Negara Indonesia adalah negara yang sangat unik dikarenakan
kepercayaan akan hal ghaib dan mistis yang masih melekat pada pola pikir
masyarakatnya, meskipun zaman sudah beralih pada masa modern saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar